Curriculum Vitae: Lanjutan
Pada tanggal 4 Agustus 2021 saya membuat tulisan ini dengan kegelisahan tentang masa depan. Pada saat itu saya telah menganggur beberapa lama dan hidup sebagai pengangguran sungguh tidak mengenakkan. Saya yang telah terbiasa bekerja sejak sebelum menyelesaikan kuliah dan benar-benar punya banyak sekali waktu dengan diri sendiri itu cukup menyeramkan (terutama karena tidak ada uang untuk melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan pikiran dari keresahan yang bisa dengan tiba-tiba muncul di kepala).
Saya yakin keresahan tentang masa depan dialami banyak sekali orang, bahkan mereka yang telah merasa cukup bersiap untuk segala macam kemungkinan. Apa lagi mereka yang memang tidak siap menghadapi segala macam kemungkinan. Terlebih lagi menjadi pengangguran di tengah pandemi membut keresahan itu bisa berlipat-lipat. Di hari-hari biasa, saya cukup sering terbangun dalam keadaan merasa tidak berguna, dan pada saat pandemi perasaan itu menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih berat.
Hari ini setidaknya kehidupan telah berjalan dengan lebih baik dari sebelumnya. Saya kembali mengajar dan bulan ini tepat setahun itu terjadi. Akhirnya saya bisa menambahkan informasi baru ke dalam curriculum vitae ini, berikut rekapannya:
Saya pernah mengajar paruh waktu sebagai guru private di salah satu lembaga kursus di Makassar. Pekerjaan ini direkomendasikan oleh salah satu teman yang telah lebih dulu bekerja di sana. Saya bekerja begitu saja tanpa berpikir mengenai gaji yang saya terima. Saya mengerti dengan porsi pekerjaan dan pengalaman yang saya punyai, mengharapakan gaji yang besar tidaklah masuk akal. Bagaimanapun semua orang harus memulai dari tangga paling bawah (Baiklah, mungkin tidak semua orang).
Saya kemudian bekerja penuh waktu di lembaga kursus yang cukup ternama di Makassar selama kurang lebih dua tahun (juga direkomendasikan oleh teman yang sudah bekerja di tempat itu). Dalam periode ini saya belajar banyak sekali hal tentang mengajar bahasa Inggris dan tentang bahasa Inggris. Saya bertemu dengan banyak sekali teman yang tidak hanya menjadi sekedar teman tapi juga pemberi pertolongan di masa yang akan datang. Saya juga belajar tentang dunia kerja yang sering tidak adil dan akhirnya menjadi terbiasa dengan itu.
Dengan bermodalkan bahasa Inggris yang saya rasa cukup baik dan rekomendasi dari seorang teman, saya diterima di salah satu hotel. Saya mengingat periode ini sebagai masa yang sangat menyenangkan. walaupun bekerja dalam Industri ini punya tekanan yang besar tetapi saya bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan. Mereka tahu caranya bergembira tapi tetap serius dalam bekerja. Oh iya selain itu, gajinya juga besar.
Saya kemudian menganggur karena pandemi. Dalam periode itu saya bekerja paruh waktu di lembaga kursus baru yang dirintis seorang teman. Mungkin karena rasa pertemanan yang erat, mereka kerap memberikan beberapa kelas untuk saya ajar sambil saya mencari pekerjaan penuh-waktu lain.
Akhirnya sekarang setelah 3 tahun bekerja di indsutri hospitality dan menganggur beberapa tahun, saya kembali mengajar penuh-waktu. Saya pikir kehidupan ini memang paling cocok dengan saya. Tidak perlu pulang terlalu larut dan bisa tidur lebih cepat. Bertemu anak-anak memiliki keuntungannya tersendiri terutama karena mereka mengingatkan kita pada saat dunia adalah tempat bermain yang begitu luas dan masa depan adalah perjalanan menuju ketidaktahuan. Seperti yang saya sebutkan di awal tulisan ini, tidak mengetahui tentang masa depan sering kali menimbulkan keresahan tapi seperti mendapatkan hadiah yang terbungkus dalam kotak, tidak mengetahui isi hadiah itulah yang membuat membukanya menyenangkan.