Upaya Sengaja Menyalahartikan #6: Kris atau Kyuris?
Inkonsistensi adalah bagian tidak terpisahkan dalam bahasa Inggris. Hampir setiap kelas kata bahasa Inggris selalu hadir dengan pengecualian pada beberapa contoh katanya. Barangkali kelas kata kerja bisa menjadi contoh paling dekat. Kata walk yang merupakan bentuk kata kerja pertama berubah menjadi walked dalam bentuk kata kerja kedua dan ketiganya. Pola macam ini berlaku untuk sebagian besar kata kerja (Contoh: talk menjadi talked, watch menjadi watched, dll). Namun sebagai pengecualian, kata go tidak berubah menjadi goed tapi menjadi went dan gone. Fenomena inkonsistensi macam begini berseliweran sana sini dalam tata bahasa Inggris.
Dalam hal pengucapan pun bisa terjadi inkonsistensi. Misalnya kata read yang berubah menjadi read dan read. Walaupun dari segi formasi huruf tidak ada perubahan ternyata pengucapan kata read pada bentuk kedua menjadi /red/ bukan lagi /riːd/. Setelah mencari beberapa lama pun saya belum menemukan alasan ketidakkonsistenan ini. Namun fenomena sama tulisan beda bunyi juga memang bukan hal baru dalam bahasa Indonesia. (Contoh: kata apel yang merujuk pada buah-buahan dan kata apel yang merujuk pada upacara). saya sendiri mengambil kesimpulan bahwa Bahasa selalu hadir bersamaan dengan pengecualiannya.
Pengecualian dalam pengucapan ini berarti bahwa tidak ada alasan sebuah kata harus menuruti kaidah tata bahasa yang sudah pakem. (bahasa bersifat arbitrer yang artinya “suka-suka kami”, segala bentuk bahasa tidak wajib memiliki aturan, dapat berubah sewaktu-waktu, dan menuruti kesepakatan penggunannya). Pengucapan kata yang hidup di masyarakat penggunanya memiliki bobot yang lebih penting daripada kaidah yang telah diatur dalam kitab-kitab ketatabahasaan.
Jadi kata QRIS sebaiknya diucapkan sebagai Kris dan Kyuris, sejujurnya saya tidak peduli. Selain karena sifat arbitrer bahasa tadi, salah satu tujuan utama berbahasa adalah kesepahaman antar penutur. Pengucapan manapun yang digunakan rasa-rasanya tidak punya pengaruh berarti dalam berhasilnya atau gagalnya kesepahaman antar penutur ini. Satu-satunya yang bisa dijadikan acuan adalah pengucapan mana yang akan hidup di masyarakat. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa kedua-duanya dapat hidup bersamaan (Contoh: kata often, garage, aunt, envelope, tomato, dll).
Bank Indonesia sebagai empunya kata ini (seperti kata Ivan Lanin )punya hak untuk menentukan bagaimana kata ini diucapkan. Namun dalam praktiknya, istilah mana yang masyarakat gunakan bukan menjadi tugas Bank Indonesia untuk menegakkan. Selain itu, KBBI sebagai acuan berbahasa Indonesia punya dwifungsi ironis sebagai acuan berbahasa sekaligus sebagai perekam praktik berbahasa. Sebagai sebuah acuan KBBI bersifat sebagai pedoman tetap untuk segala praktek-praktek berbahasa dan sebagai perekam, KBBI berfungsi mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Jadi kris atau Kyuris, biarlah waktu yang menentukan.