Tentang Buku Puisi “Bagian Paling Perih dari Mencintai

Faizal Bochari
3 min readJan 22, 2023

--

Membaca “Bagian Paling Perih dari Mencintai” adalah sebuah perjalanan menuju kisah-kisah erotis namun seperti kata perih dari judul buku ini, mencintai datang dengan rasa sakitnya sendiri.

image from Goodreads

Saya tidak tahu apakah Aslan Abidin berkenan dicap cabul lantaran membawa hal-hal yang sarat dengan unsur erotisme dalam puisi-puisinya. Ataukah masalah cabul atau tidak cabul lebih kepada persoalan sudut padang daripada konten. Namun bagi saya puisi-puisi cinta manis sederhana yang ditulis Sapardi sama indahnya dengan puisi-puisi erotis tragedi yang Aslan tulis dalam buku ini.

Puisi-puisi dalam buku ini memiliki kemampuan untuk membicarakan tema-tema dewasa tanpa harus seperti membaca cerita stensilan (Tentu saja tidak ada yang salah dengan Stensilan!). dalam larik puisi berjudul Dolly-pop Dolly-pop! ini secara baik digambarkan bagaimana Kegemaran anak-anak dulu mengonsumsi lolipop dan kembang gula tak ubahnya dengan kegemaran orang dewasa saat ini “mengonsumsi” alat kelamin. Lalu pada larik berikutnya mempertegas bahwa semua kegemaran ini hadir sebagai sesuatu yang primitif dan sudah ada sejak kita lahir.


di shir tubuhmu, lelaki
menjelma kanak-kanak, merangkak mencari-cari
kembang gula yang dulu hilang di masa kecilnya

di lekuk tubuhmu, lelaki penipu
berubah penderma, menyodorimu
permen tongkat lollipop aneka bentuk dan
warna yang ternyata meleleh menenggelamkan
hidupmu sejak pertama kau cucup

-Engkau tentu tahu, sejak mula lahir,
di lambungku, mendekam hantu bernama lapar

(dikutip dari puisi berjudul “Dolly-pop, Dolly-pop!”)

Lalu pada Manuskrip Gadis Bertubuh Manis, Penyair memberikan potongan sejarah mengenai perempuan yang dibawah menemui petinggi negara kala itu lalu dijadikan pemuas nafsu mereka, lalu tanpa rasa malu mereka tetap tampil sebagai pembawa siar-siar keagamaan.


lalu serdadu membawamu ke baron
van reede tot de parkeelar, jauh dan
ternista di keraotn susuhunan
surakarta

residen senior itu
amat suka membaca injil sambil kau
mendirikan kemaluannya

Dikutip dari puisi berjudul “Manuskrip Gadis Bertubuh Manis”)

Sebuah pemandangan yang bahkan pada saat ini masih sangat relevan.

Agama adalah salah satu unsur yang sering muncul pada puisi-puisi Aslan dalam buku ini. Pada Kota Telah Diserbu Pembenci; Sungguh, Aku Ingin Jadi Ustaz dan Domba Kurban, Penyair dengan lihai berguyon soal seks dan agama bahwa mereka berdua sebenarnya lebih dekat daripada yang kita kira. Namun pada Hompimpah Anak-anak Gaza dan Pemilik Kesedihan Pertama penyair membicarkan agama dengan lebih serius.


konon tuhan memang pernah samar
Mengapung di tempat ini. serupa binar
dalam gulita dari gunung sinai di selatan.
ia menunggang gemuruh badai dan
membuat musa gemetar terlengar.

ia juga menjelang bersama gempa,
bangkitkan kristus dengan harum mur serta
gaharu ke kudus langit. lalu dengan pendar
sinar melentingkan muhammad mi’raj ke tubir
terjauh jagad raya.

ia meruah melisankan firman
yang kemudian dilafalkan turun-temurun
banyak nabi serta dibekukan dalam gulungan
kaku perkamen.

tetapi di gaza, tuhan mungkin telah
lama pergi, hanya ayat-ayat melayang jengah
di anyir udara dan mayat lekat rapat ke tanah

(dikutip dari puisi berjudul “Hompimpah Anak-anak Gaza)

Larik ini boleh saja berarti kekecewaan kepada Tuhan atas segala kekejian yang terjadi di Palestina. Mempertanyakan dimana Tuhan sekarang. Boleh juga diartikan sebagai hilangnya nilai-nilai ketuhanan yang pernah ada seperti yang kita baca pada kisah-kisah lama. Apapun itu, agama pernah menjadi sesuatu yang memerdekakan dan membawa kedamaian di tempat ini namun sekarang malah menjadi alasan peperangan terjadi.

Buttu Kabobong barangkali adalah puisi paling saya senangi dalam buku ini. Buttu Kabobong adalah sebuah objek wisata berupa bukit yang terkenal di kabupaten Enrekang. Ketika dilihat dari jauh, ia menyerupai alat kelamin wanita.


dewi venus mungkin pernah singgah
terlentang dan mengangkang di tanah
tinggi podzolik subur ini

di selangkangan buttu kabobong dapat
kau tatap lekat, vagina sebesar bukit

datanglah menjelang sore rebah, saat
garis kuning sinar matahari menyorot
seperti lingga menancap miring tepat
di tengah lubang buttu kabobong.

(dikutip dari puisi berjudul “Buttu Kabobong)

Puisi-puisi dalam Bagian Paling Perih dari Mencintai barangkali ingin membicarakan persoalan perkelaminan sebagai hal yang dekat dengan kehadiran manusia itu sendiri maka bukankah semestinya membicarakannya adalah hal paling mudah untuk dilakukan. Namun pada kenyataanya tentu tidak semudah itu, bak pisau bermata dua ia bisa menyakiti dan bisa melindungi. Barangkali karena kita terlalu takut pada dampak buruknya, menyembunyikan pengetahuan ini menjadi jalan pintas paling mudah untuk dilakukan.

--

--

No responses yet