Si Armia Bunting Lagi
“Bang Armin, sudah dengar kabar?”
“Kabar apa?”
“katanya Armia bunting lagi”
“Anjing!!”
Armia setelah bercerai dengan suaminya memutuskan untuk berangkat ke Malaysia melalui penyalur tenagar kerja yang dikenalkan oleh tetangga kami. Sebenarnya, tak tega juga ia meninggalkan anaknya dengan Laki-laki yang sering sekali memukulnya dulu, dia bilang padaku sebelum berangkat, tapi bagaimanapun juga dia tahu kalau mantan suaminya itu sayang sekali dengan Aco’.
Setiap kali ada kesempatan datang, Armin selalu membelikan pakaian baru atau mainan-mainan plastik beraneka rupa buat Aco’. Armia tahu kalau Armin juga hidup pas-pasan dari bengkelnya. Tapi dia merasa bahwa orang-orang miskin yang cuman punya duit 100 ribu membeli mainan plastik seharga 10 ribu dari penjual keliling favorit anak-anak kompleks jauh lebih dermawan dari orang kaya yang punya harta miliaran yang suka belanjakan teman-temannya berjuta-juta.
“Orang-orang kaya itu selalu punya niat jahat dari hadiah-hadiah yang dia kasih ke teman-temannya” cibir Armia.
Aku hanya mengangguk dan berpikir bahwa dia mungkin sudah terlalu sering menonton sinetron-sinetron di TV. Darimana lagi pemikiran macam begitu muncul kalau dia tidak sekalipun bergaul dengan orang kaya.
“Kalau orang-orang miskin macam kita-kita ini kalau kasih barang ke orang lain sudah pasti atas dasar cinta, kita kan tidak punya duit” Armia melanjutkan.
“Tapi lumayanlah kalau bisa kecipratan duitnya mereka, kemarin waktu bantu Bang Armin di bengkel, ada mobil besar yang bagi-bagi nasi bungkus, lumayanlah buat buka puasa”
“Nenekmu !! itu juga pasti buat pencitraan biar kau jadi penglaris instagramnya mereka, kau juga kan tidak pernah puasa terus ambil makanan buat orang puasa, bentar kena kutuk kau jadi cangcorang” yang diikuti dengan derai tawa Armia.
Armia teman kelas dan tetanggaku ini menikah terlalu cepat seperti banyak sekali teman-teman kami yang lain. Waktu itu dia percaya menggantungkan harapan pada laki-laki apapun pekerjaan mereka lebih baik daripada berusaha sendiri.
Keputusannya untuk berangkat ke Malaysia telah bulat dan sudah dipikir matang-matang.Dia tidak punya suami lagi yang bisa melarang-larang, Indo’ dan Ambo’ nya sudah meninggal juga, yang tersisa tinggal dia dan Aco’ dan saya yakin dia sudah tidak percaya bahwa laki-laki harus selalu jadi tumpuan hidupnya.
Akhirnya pada suatu hari yang begitu panas, matahari seperti membakar kulit kepala bahkan untuk orang-orang yang rambutnya tebal, berangkatlah Armia naik Panther ke Makassar. Segala macam tetek bengek perjalanannya telah rampung. Orang yang akan membawa dia ke Malaysia telah menunggu di Makassar.
“lihat-lihatko Aco’ na, biar saya titip di bapaknya, kau itu yang saya percaya” ia berpamitan padaku, air matanya sedikit lagi berderai tapi ia harus pergi.
“Nanti saya kirimkna ko foto-fotonya, sama nanti saya video call ko sering-sering” kataku waktu itu mencoba memberikan dia semangat dalam bentuk apapun yang mungkin.
Kali berikutnya aku bertemu Armia, tatapan matanya telah kosong. Dia telah menjadi bukan lagi Armia.
Bang Armin memintaku datang ke rumahnya mengambil kunci mobil pick-up untuk menjemput Armia. Pada titik ini semua orang di kampung kami telah tahu apa yang terjadi. Pemerintah Indonesia akhirnya berhasil membawa pulang beberapa TKI korban kekerasan dan pemerkosaan dan salah satu dari mereka adalah Armia.
Armia telah gila, walaupun punya rumah, dia biasanya lebih senang bekeliaran di pasar memakan apapun pemberian orang lain atau mengejar anak-anak pasar yang senang bener melempari dia kerikil kecil. Dari waktu ke waktu bajunya yang telah robek sana sini diganti oleh entah siapa, barangkali supaya tidak memperlihatkan auratnya.
“bagaimana caraku menjelaskan ke Aco’ kalau dia akan punya adek baru yang tidak tahu bapaknya preman pasar, tukang becak, polisi atau siapapun yang tega perkosa orang gila” kata bang Armin. Dia kemudian bangkit dari motor yang telah selesai dia kerjakan dan mohon ijin.
“tinggal ganti oli itu, kau mi yang lanjutkan” Aku tahu dia butuh merokok dulu.
Cangcoran: Belalang Sembah
Indo’: Ibu
Ambo’: Ayah
Panther: Mobil Penumpang Antar Kota yang diasosiasikan dengan merk mobil Panther walaupun sebenarnya bisa saja merk mobil lain seperti xenia atau avanza