Relasi Kaya-Miskin dalam Parasite dan Kaitannya Dengan Banjir

Faizal Bochari
3 min readFeb 24, 2021

--

Jakarta kebagian banjir lagi tahun ini. Seperti tahun-tahun kemarin banjir Jakarta selalu saja menghasilkan banyak sekali produk luaran. Luaran yang saya maksud adalah hal-hal yang terjadi pada saat dan setelah banjir terjadi. Hal-hal seperti Debat tentang siapa yang mesti dipersalahkan, azab vs. science sampai keluhan-keluhan mereka yang terdampak banjir.

Setelah booming film Parasite yang mempertontonkan relasi kaya miskin dan berhasil memenangkan Oscar, banyak yang me-meme-kan keluhan-keluhan orang kaya yang terkena banjir ini sebagai si keluarga kaya dalam film Parasite. Bagaimana tidak misalnya Mbak Anya yang harus mengungsi di hotel bintang lima atau Influencer-influencer yang membicarakan banjir di aplikasi Clubhouse (saya sendiri tidak tahu isinya karena tidak pakai Iphone, tapi mudah-mudahan isinya bisa mencerahkan), mereka seolah qmenjadi yang paling mengerti mengenai banjir.

Walau banyak yang menyangsikan dan menganggap pembicaraan dan cuitan mereka adalah sesuatu yang ironis, Parasite merefeleksikan relasi kaya-miskin ini dengan sangat baik.

Apa yang dianggap banyak orang sebagai sebuah tindakan yang tidak menunjukkan rasa empati ini berasal dari perbedaan realitas yang memang sedari awal menjadi jurang pemisah kaya atau miskin. Seperti halnya dalam Parasite, Si orang kaya tidak pernah sekalipun di frame sebagai orang-orang yang tidak adil dan kurang empati, mereka bukan penjahat dan sepertinya kelihatan sebagai keluarga yang sebisa mungkin tidak akan melakukan hal yang buruk dan berusaha berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Hanya saja apa yang terjadi pada si miskin adalah bukan realitas mereka.

Orang kaya punya masalahnya sendiri, mereka punya ketidaknyamanan mereka sendiri. Banjir adalah salah satu alasan ketidaknyamanan itu terjadi dan apa yang mereka lakukan adalah konsekuensi logis dari terganggunya kenyamanan mereka.

Walaupun perbedaaan realitas ini menjadi alasan kenapa orang kaya tidak patut untuk dijadikan sasak tinju dari terjadinya banjir, pembicaraan tentang relasi kaya miskin tidak bisa berhenti di sini saja. Perbedaan kondisi kaya miskin dalam menghadapi banjir menjadi kontras yang turut diperlihatkan dalam parasite.

Saya sering sekali mendengar kalimat-kalimat seperti: “semenjak mall ini dibangun, kok daerah kita sering banjir yah” atau “ semenjak perumahan itu dibangun, tidak ada lagi tempat air hujan mengalir”. Banyak sekali kalimat-kalimat serupa muncul setiap kali musim hujan terjadi.

Pola-pola pembangunan kota adalah hal yang tidak luput dari debat tentang siapa yang mesti dipersalahkan saat banjir terjadi. Pola pembangunan yang saya maksud adalah: Orang-orang kaya akan memilih tinggal di tempat yang nyaman buat mereka, sementara pemerintah kota selaku pemberi izin membangun dan pihak developer akan membuatkan tempat itu buat mereka dengan kompensasi bayaran atau nilai investasi yang sesuai dan orang-orang yang tidak mampu memmbayar kompensasi ini akan tergusur atau tempat tinggal mereka berubah menjadi daerah yang tidak layak huni.

Jadi bukan sebuah kebetulan bahwa rumah si kaya yang berada di atas bukit yang tidak mungkin terdampak banjir dan rumah si miskin yang berada di bawah jalan yang pasti akan menjadi tempat pertama banjir terjadi adalah sebuah kontras betapa secara tidak langsung perbedaan realitas ini yang nampaknya walaupun sangat jauh tetap saling berhubungan.

Pada akhirnya, Parasite berakhir dengan ketidakbahagiaan pada si kaya dan si miskin. Si kaya tidak pernah bermaksud untuk menyakiti orang lain dan si miskin hanya ingin bertahan hidup namun karena berada pada lingkungan yang sama benturan ideologi bahkan fisik adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Apakah salah mengharapakn pemerintah dan pihak pembangun yang menengahi jarak kaya-miskin ini untuk melakukan sesuatu yang benar untuk kedua-duanya?

--

--

No responses yet