Pabrik Berbahan Bakar Mimpi
Berbahan bakar mimpi
Motor tua Linoe melaju menyusuri
aspal berharap dunia tidak mencurigainya hari ini
Sebab hari ini seperti kemarin juga, dia akan menipu orang lain
Gedung tempatnya bekerja adalah pabrik yg punya dua fungsi
Memproduksi mimpi-mimpi
dan
Membakarnya begitu jadi
Begitu seterusnya, sampai tubuhnya tak mampu lagi bekerja seperti hatinya
“Barangkali besok aku akan terbangun dan berubah menjadi serangga”
“Dan bagaimana caranya aku pergi kerja” adalah perkara yg muncul pertama
Negara meliburkan nuraninya seperti biasa, telah lama Linoe tidak percaya pada tempatnya tinggalnya
Sejak dia masih kecil negara menjual sedikit demi sedikit bagian dari dirinya
Dia berusaha melunasi apapun yang tersisa
“sekolah, makan, hidup, semua butuh biaya, dan selama ini negara telah mengutangi kita semuanya, jadi kamu harus bayar begitu kamu bisa, mengabdilah pada negara” bapak Linoe seorang guru PNS berkata
Linoe tidak punya banyak pilihan, orang lain lebih tahu tentang hidupnya daripada dirinya sendiri
“Hidup yg tidak dipertaruhkan adalah hidup yg tidak layak dihidupi”
Mereka mengajarkan bagaimana cara hidup terbaik sambil mempertaruhkan hidup yg bukan hidup mereka
Tapi Linoe tidak tahu cara hidup yg lebih baik dari itu, ia telah belajar bahwa idealisme tidak membuatnya kenyang
“Hari ini adalah hari revolusi itu terjadi” dia berkata lantang dari tempat tidurnya
“tapi aku harus cari makan dulu, revolusi tidak akan pernah terjadi dari perut yang lapar” dan itulah yang terjadi setiap pagi sebelum dia berangkat ke tempat kerjanya
“Bagaimana kalau kita mulai revolusinya tahun depan?” Linoe berkata pada istrinya.
“Tapi tahun depan di bulan Juli anak kita mungkin lahir, semua butuh biaya”
Kelahiran seumpama revolusi makan banyak biaya dan Linoe tahu dia harus bisa tetap hidup dan menghidupi keluarganya
Jadi dia gadaikan lagi beberapa mimpinya dan menyisakan sedikit agar nanti ia tetap bisa tersenyum ketika revolusi benar-benar terjadi
Linoe dalam bahasa Bugis berarti dunia