Oi KAFIR, ANJING KAMU!
Waktu masih SD dulu guru saya mengajarkan saya kalau kata memiliki makna denotasi dan konotasi. Beliau bilang kalau denotasi adalah makna sebenarnya dan konotasi adalah makna kiasan. Jadi kalau disuruh memberikan contoh saya bilanglah
“ Anjing memiliki makna denotasi yang merujuk pada hewan berkaki empat yang bukan kucing, tapi biasa dipelihara juga dan kalau konotasinya, Anjing adalah sebutan untuk orang-orang yang suka ngebully para jomblo dan kamu-kaum tertindas lain”
Masuklah saya di Fakultas Bahasa dan Sastra karena kebetulan dan belajarlah saya tentang Semantik (ilmu yang mempelajari makna) karena harus lulus. Ternyata Denotasi dan Konotasi tidak sesederhana yang guru saya ajarkan dulu.
Denotasi adalah makna paling umum yang diterima di semua belahan dunia. Sederhananya makna kata yang ada di kamus-kamus 5 milyar itu atau di KBBI. Sedangkan makna konotasi adalah makna tambahan yang melekat pada sebuah kata. Nah, makna tambahan ini bisa berbeda-beda menurut konteksnya.
Misalnya Kata Anjing memiliki makna denotasi
Itu saya copas dari KBBI daring. Dan karena saya Anak Bahasa Inggris maka tidak afdal rasanya kalau tidak saya sertakan versi Bahasa inggrisnya. Kalau di kamus Cambdrige Online, kata Anjing yang Bahasa Inggrisnya Dog memiliki makna denotasi
. Keduanya memiliki proposisi yang kurang lebih sama.
Terus masalahnya apa?
Misalnya kalau saya bilang ke teman saya, “KAMU ANJING!”. Teman saya ini mungkin akan marah sama saya karena saya samakan dia dengan anjing.
Karena di Indonesia kata Anjing punya makna konotasi seperti bengis, kotor, mengandung najis, haram dsb. Intinya Di Indonesia anjing punya makna konotasi yang negative lah. Sehingga makna inilah yang muncul pada kalimat yang saya sebut sebelumnya.
Tapi kalau saya bilang ke teman saya di Seattle (bagi kamu yang tidak tahu, itu nama daerah di Amerika) “you look like a puppy” yang artinya kira-kira “muka kamu mirip anjing”, dia malah bilang thank you. Ternyata Di Amerika sana, Anjing memiliki makna konotasi lucu, setia, teman ,atau bahkan keluarga manusia. yah, positiflah konotasinya. Kamu mungkin bisa lihat bagaimana Anjing-anjing diperlakukan di film-film barat macam filmnya Beethoven atau Bolt. Jadi kalimat Bahasa inggris barusan kalau saya alih bahasakan ke Indonesia kira-kira jadi “muka kamu cute mirip anak anjng”
Saya kasih contoh lain misalnya kata kafir yang dalam KBBI berarti
n. orang yang tidak percaya pada Allah SWT. Dan Rasul-Nya.
Kalau di Cambridge online kata kafir yang artinya dalam Bahasa Inggris infidel berarti
n. someone who does not have the same religious belief as the person speaking (used especially between Christians and Muslims).
Alih bahasanya adalah Orang yang punya agama berbeda ditinjau dari sudut pandang orang yang bicara. Jadi kalau yang bicara Muslim maka yang kafir itu selain orang Islam dan kalau yang bicara Kristen maka yang kafir itu selain orang Kristen.
Kalau dari makna denotasi masih ok yah. Tapi Semenjak ada seruan untuk mengganti kata kafir jadi Non-muslim, terpecahlah Dunia per-Twitteran Indonesia.
mbak yang satu bilang
“teman saya kalau saya sebut kafir ngak marah tu karena kenyataanya kita memang beda agama”.
sementara mas yang lain bilang
“saya nggak suka disebut kafir, seperti saya dikatain Kriminal gitu, padahal saya kan nggak salah apa-apa”
Apakah di Indonesia kata kafir punya konotasi negatif? Jawabannya, Saya tidak tahu dan saya tidak punya dasar menentukan ini, karena kita sama sekali tidak punya kamus yang bisa dijadikan acuan untuk mengartikan kata kafir dari segi konotasinya. Salah satu sumber paling reliable tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bang Ivan Lanin
Tapi sambil menunggu respon beliau, Mungkin bisa dilakukan Eksperiment sosial atau kata kerennya prank.
Misalnya Kamu janjian sama teman kamu (yang beda agama) di kantin kampus atau tempat ramai. Kamu datang lebih cepat terus nunggu dia datang. Pas teman kamu datang trus kamu teriakin dia “OI KAFIR, SINI!”. Trus kamu hitung berapa yang reaksinya mengernyitkan dahi, neriakin kamu anjing, atau kasih kamu sleeding tackle. Kalau yang biasa-biasa aja lebih banyak, mungkin di Indonesia kata kafir tidak punya konotasi Negatif.
Sebagai penutup, kalau pada saat membaca judul esai ini kamu resah sama orang-orang yang suka mengkafir-kafirkan orang lain, kita sama.