Menulis Esai dengan “Cerdas”
“50 tahun yang akan datang, hidup akan lebih mudah daripada sekarang” Apakah kamu setuju atau tidak dengan pernyataan ini? berikan alasan.
Kira-kira seperti ini tugas membuat esai yang harus dikerjakan oleh siswa-siswi kelas 9 di sekolah tempat saya mengajar. Mereka harus membuat esai yang terdiri dari empat paragraf berisi pembuka, pendapat mereka apabila setuju, pendapat mereka apabila tidak setuju, dan penutup/kesimpulan. Kira-kira contoh esai yang mereka bisa tuliskan adalah sebagai berikut:
Fifty years is a long time, and it is difficult to predict exactly how life will be that far in the future. However, it is safe to say that there will likely be both positive and negative changes.
One possible positive change is that technology will continue to advance, making life easier and more convenient. For example, there may be advancements in transportation, communication, and medicine that will improve people’s quality of life. There may also be new forms of entertainment and leisure activities that we can’t even imagine yet.
On the other hand, there could also be negative changes. For example, the world’s population is expected to continue growing, which could put strain on resources and lead to conflicts over food, water, and other necessities. There may also be negative effects from climate change, such as more extreme weather events and rising sea levels.
Overall, it is difficult to predict exactly how life will be fifty years from now, but it is likely that there will be both positive and negative changes.\
Esai ini mungkin bisa sedikit lebih panjang terutama pada bagian kesimpulan. Penulis barangkali bisa memberikan pendapat pribadi tentang ke sisi mana mereka lebih condong. Selain itu saya rasa dari segi grammar sudah cukup bagus. Dari segi pilihan kata malah terkesan sangat bagus, sehingga jika ada siswa yang mengumpulkan tulisan seperti ini barangkali tanpa ragu saya akan memberikan nilai A atau minimal B.
Namun esai tadi bukanlah tulisan saya atau salah satu siswa yang saya ajar. Esai ini adalah “hasil karya” dari program kecerdasan buatan yang tersedia secara bebas di Internet (Tentu saja atas alasan bahwa siswa-siswi saya mungkin saja akan membaca tulisan ini, saya tidak akan sertakan sumbernya). Cukup dengan mengetik kata kunci : “make contrasting essay about how life will be fifty years from now”, tulisan ini akan muncul kurang dari 5 detik (tergantung koneksi internetmu tentu saja).
Hal ini membuat kita sebagai guru barangkali harus mengkaji tentang sejauh mana etika penggunaan alat-alat bantu belajar, teknologi, dan kecerdasan buatan dalam kegiatan belajar mengajar. Terlebih lagi kecerdasan buatan semacam ini memiliki potensi menjadi surga kecurangan untuk anak-anak kita tapi di sisi lain bisa menjadi bahan ajar yang juga baik bagi mereka.
Sebuah contoh kasus lain dikutip dari The Atlantic, seorang siswa di New Zealand mengaku menggunakan bantuan program kecerdasan buatan untuk membuat tugas esainya. Dia mengatakan bahwa penggunaan program kecerdasan buatan tidak ubahnya seperti menggunakan program-program pengoreksi tata bahasa seperty Grammarly dan karena hal itu, ini tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan akademik.
“saya punya ilmunya, saya memiliki pengalamannya, saya juga adalah siswa yang baik, saya mengerjakan semua tata caranya dan saya juga menghadiri semua kuliah yang diperlukan, saya juga membaca semua hal yang mesti dibaca tapi saya merasa seperti mendapatkan pinalti hanya karena saya tidak bisa menulis dengan elok dan saya merasa itu tidak adil”
Grammarly misalnya mampu memberikan koreksi tata bahasa, tanda baca, dan bahkan dalam versi berbayarnya mampu memberikan kalimat alternatif yang tentu saja dapat membuat esai menjadi lebih baik. Pertanyaan yang sama tentu akhirnya bisa muncul. Apakah ini tidak termasuk kecurangan? Walaupun kalimat yang ditulis memang merupakan buah hasil pemikiran penulis, tetapi apabila pemikiran itu dituliskan orang lain (dalam hal in mesin kecerdasan buatan) apakah itu tetap menjadi milik penulis?
Esai sebagai salah satu alat ukur dalam melihat pantas atau tidaknya seseorang mendapatkan beasiswa atau diterima dalam sebuah universitas bisa saja berpotentsi kehilangan fungsinya. Terlebih lagi guru yang harus memeriksa esai yang ditulis oleh siswa-siswanya. Perkembangan teknologi ini membuat guru harus berpikir lebih keras lagi dalam hal meminimalisir kecurangan.