Faizal Bochari
1 min readFeb 2, 2022

MENGUTUKI HUJAN

Sambil menunggu kering mengalir
Musim menggilir kelaparan pada genangan
Setinggi dada manusia
Sedangkal hati manusia
Langit tidak pernah mengirim air mata dengan maksud menenggelamkan bumi, tapi

Tuan mengutus bah pada hidup yang kami tanam
Tuan membendung sungai yang memberi kami makan
Tuan menutup jalan pada harapan
Sementara kami hanya bisa mengutuki tuan

Pada saat kering benar-benar telah jatuh
Tuan, air mata kami sudah mengalir jauh

SEBELUM HUJAN

Aku selalu membayangkan dirimu ketika terpaksa pulang berhujan-hujan

Gemetar yang ingin segera sampai di rumah,
Gigil yang mencium sekujur tubuh
Sakit yang mungkin terjadi esok hari

SELAMA HUJAN

Tanah melempar harum
Langit meredupkan kamar
Dingin melamakan pelukan
Hujan mengaburkan air mata
Ciuman memecah rindu
Mata mencium tubuh
Waktu mempercepat pertemuan
Rindu memanjangkan perpisahan
Tangan menggengam ingatan

Kita memeluk kita

SETELAH HUJAN

Ada bangkai tikus terapung di ruang tamu kami,
tikus lainnya kabur ke hotel mewah, minum wine dan bersembunyi

dari gorong-gorong, orang-orang mulai bangun
dan mengambil apapun yang tersisa

dari kewarasan mereka, hanya ada kata menyerah
pada apa saja yang hidup berikan

besok dan seterusnya, barangkali lebih mudah menjalani
mati daripada sebaliknya

PANGGILAN TIDAK TERJAWAB

Sehabis terkena hujan
Handphoneku sudah tidak bisa memanggilmu pulang
Tidak pula pernah kudengar lagi dering
atau bunyi lonceng
Sia-sia saja menekan angka-angka
Hanya nomermu satu-satunya yang kupunya
Dan barangkali sudah beda
Padahal sehabis terkena hujan deras
Telah kutanam handphone ini dalam beras
Tapi melakukan itu pada teknologi katanya pamali
Jadi kubiarkan saja handphone itu tergeletak di atas meja
ada cemas yang menanti di ujung sini ketika akhirnya kau memutuskan mengangkatnya

No responses yet