Mempermalukan diri sendiri adalah jalan ninjaku
Tulisan ini dibuat untuk membela mereka-mereka yang gemar mempermalukan diri di internet untuk mendapatkan views. Sengaja atau tidak, suka atau tidak suka, Masyarakat punya versi atas apa yang mereka sebut sebagai tindakan memalukan dan apa yg mereka sebut tidak memalukan. Yang bagi seseorang bisa jadi adalah sebuah karya, bisa saja dianggap memalukan oleh khalayak ramai.
Orang-orang ini, dari zaman Joko Anwar telanjang ke Circle k sampai Kekeyi yang baru-baru ini debut dengan lagu barunya dengan kualitas suara yang saya mohon maaf tidak mungkin dapat dibandingkan dengan jebolan pencarian bakat level nasional, akan selalu saja ada menghiasi layar kaca anda. Jangan salah, selain sebagai keniscayaan kehadiran mereka juga menasbihkan satu lagi fakta bahwa akan selalu ada orang-orang yang sangat gemar membagikan content-content ini kepada kerabat dan keluarga mereka terutama dalam ruang-ruang whats-app keluarga dan kantor.
Saya mulai.
Atas dasar kebebasan berkespresi dalam ruang publik, Tindakan-tindakan seperti itu semestinya selalu berakhir dengan pembiaran sebagai jalan tengah. “kan yang bikin video clip dia kok kamu yang emosi, lah model video klipnya kan teman-temannya dia juga lagipula di channel youtube punya nya dia, kalau tidak suka ya tidak usah ditonton, gitu aja kok repot kata gus dur”. Ekspresi-ekspresi ini adalah hal yang semestinya muncul ketika ada orang yang melakukan hal yang memalukan. Selama tidak memberikan kerugian secara materi dan jiwa maka tidak akan ada persoalan berarti yang timbul dari Tindakan mereka.
Namun atas dasar membangun narasi yang berimbang, saya tanyakan perihal ini kepada beberapa orang. Salah seorang kawan yang kemudian tidak sependapat dengan saya mengatakn hal-hal seperti itu sifatnya buruk dalam hal edukasi publik dan punya dampat negative yang berkepanjangan pada psikologi publik.
Dia melanjutkan bahwa orang-orang akan dibuat berpikir bahwa untuk jadi terkenal dan tentu saja mendapatkan views dan ujung-ujungnya duit maka segala macam hal dapat dilakukan. Pikiran-pikiran semacam ini akan semakin matang bagi mereka yang ingin terkenal secara instan terutama dari usia yang sangat muda. “Tak apa melakukan hal-hal memalukan sekali atau dua kali asal tetap bisa dapat job manggung”.
Misalnya saja sebagai contoh kisah orang-orang yang berhasil sukses dari usia yang masih sangat muda. Melihat staff-staff khusus millennial yang rata-rata bukan hanya adalah pengusaha sukses tapi juga sosok motivator handal membuat banyak orang berpikir bahwa menjadi sukses di usia muda bukan sesuatu hal yang mustahil dan tentu saja saya sama sekali tidak meremehkan usaha yang telah mereka lakukan terlepas dari apakah segala macam priviliege yang mereka punya memiliki andil dalam kesuksesan mereka (mari kita berbaik sangka).
Tapi kesimpulan yang dapat diambil dari sini adalah generasi Pengen sukses dari muda ini lahir dari glorifikasi atas sebuah ide. Ide-ide ini lahir dari hal yang terjadi di sekitar mereka dan bagaiman cara mereka mencerna ide tersebut. Barangkali mungkin sekarang ide tidak mengapa mempermalukan diri asal bisa sukses sudah tertanam dalam psikologi masyarakat hari ini dan sebagai orang yg tidak bisa mentolerir omong kosong, saya tidak kepengen setiap minggu melihat orang-orang melakukan hal-hal konyol yang mengganggu timeline saya, lanjut beliau.
Saya kemudian memberikan bantahan bahwa perang ide tentu saja bukan hal baru. Layaknya Kapitaslis melawan sosialis, dari zaman dahulu perang ideologi dimenangkan oleh mereka yang mampu membangun narasi yang lebih baik dibanding yang lain lagipula atas dasar apa ide yang baik atau buruk itu ditentukan kalau misalnya mempermalukan diri sendiri dapat diterima sebagai new normal maka itu sah-sah saja kan. Seperti halnya di kampung dimana semua orang adalah pencuri maka mencuri akan menjadi bukan sebuah tindakan kriminal.
Sayangnya perdebatan ini berakhir stalemat sebagai jawaban klise kembalikan pada diri masing-masing saja (jalan yang sangat saya benci). Bagi kamu yang mau mengamini dan terus men-share konten-konten serupa atas dasar rasa superior bahwa kamu lebih baik daripada orang-orang yang kamu share ini silahkan atau kamu yang mau jadi tipe orang yang stop making stupid people famous juga tidak apa-apa, konten-konten ini cukup berhenti di kamu.
~Namun ada satu yang terjadi
Hatiku cinta kamu
Tapi Tak bisa mau kembali lagi, ulang semua