Macam-macam Level Kepedasan Mie
Pernah suatu hari sebagai ajang taruhan, Kami (saya dan beberapa orang siswa) memesan mie ayam dengan level pedas paling atas di salah satu warung mie terkenal di kota kami. Untuk membuat mereka lebih semangat siapapun yang kalah dalam games kecil yang kami lakukan dalam kelas bahasa inggris harus menghabiskan mie level 20 yang kami pesan ini. Tentu saja karena semua orang di dalam kelas termasuk saya adalah laki-laki yang penuh dengan testosteron, tidak ada yang berani menolak.
Tapi karena penasaran kami, saya, tim yang menang, dan tim yang kalah sama-sama mencoba mie yang digadang-gadang sebagai terpedas di antara sejawatnya ini. Karena biasanya saya hanya memesan yang level 1 atau 1/2 dan tiba-tiba mencoba level 20, tantangan ini berakhir dengan buang air besar yang abnormal pada malam harinya.
Kalau terbiasa dengan level paling rendah dan tiba-tiba mencoba level paling tinggi barangkali perbedaan dapat dengan mudah dibedakan tapi bagaimana kalau saya mencoba level 5 kemudian mencoba level 7 mungkin pedisnya sama-sama saja yah? Barangkali mereka yang lebih perasa dapat mampu membedakan ini lebih manis daripada yang itu atau ini lebih pedas daripada yang itu.
Membanding-bandingkan perasaan-perasaan sungguh hal yang sangat subjektif. Tidak ada cara mudah mengatakan hidupku lebih menderita daripada hidupmu begitupun sebaliknya. Pada kedua titik yang paling ekstrem dari spektrum rasa ini barangkali perbandingan dapat mudah dilakukan.
Misalnya saya dengan mudah bisa bilang anak-anak di Gaza punya kekhawatiran yang lebih tinggi terhadap ancaman serangan rudal setiap saat dibanding anak-anak kompleks depan rumah saya yang khawatir tertabrak kendaraan atau digigit anjing. Walaupun digigit anjing juga bukan sesuatu hal yang menyenangkan tetapi kemungkinan tertimpa reruntuhan bangunan sepertinya jauh lebih tidak menyenangkan.
Skala Scoville barangkali dibuat dengan tujuan supaya ada acuan mana rasa pedas yang lebih pedas dibanding rasa pedas yang lain.Skala semacam ini sayangnya tidak bisa digunakan untuk mengetahui mana yang lebih menderita. Misalnya mana yang lebih menderita seseorang yang depresi atau yang kena demam berdarah, mana yang lebih menyakitkan diputuskan pacar atau menjomblo bertahun-tahun, atau mana yang lebih sakit kena kanker atau digrepek-grepek sama bos di kantor.
Misalnya saja skala seperti itu ada. Ternyata depresi itu setara dengan ditusuk pisau di perut sebanyak 20 kali tusukan atau misalnya korban pelecehan seksual menderita seperti mengalami 25 kali tusukan di perut. tidak ada orang yang mau ditusuk perutnya apa lagi sampai 20 kali. Kalau skala derita macam itu ada orang-orang akan lebih mudah bersimpati pada rasa sakit yang orang lain derita atau mungkin mereka akan memulai membanding-bandingkan rasa sakit siapa yang paling sakit, macam permainan ayah siapa yang paling hebat.