Cantik itu Luka*
*Judul diambil dari Novel tulisan Eka Kurniawan.
“Aku mau memelihara ketiga kucing ini, seperty Daenerys” kata Pelita padaku.
Ia memutuskan mengambil tiga kucing yang ia temukan di rumahku dan memproklamirkan dirinya sebagai Mamak Kucing. Menemukan barangkali bukan sebuah kata yang tepat untuk digunakan, seperti Colombus yang tercatat sejarah menemukan benua Amerika seolah orang-orang yang telah lebih dulu tinggal di sana hilang dan berharap ditemukan lalu segera di bawah ke tanah baru yang telah mereka tunggu-tunggu.
Namun kisah ini bukan tentang Pelita si mamak kucing, Kalasi(1) of the great Cappa Galung(2), Si Hitam Legam beserta gelar-gelar lainnya. Ini tentang Drogon, Rhaegal, dan Viserion, ketiga nama yang akhirnya menemukan jalan menjadi panggilan kucing-kucing yang diambil pelita pulang.
Si Gempal senang sekali datang ke rumah majikannya Bruce seekor kucing betina yang mendapatkan nama itu bukan dari Bruce Jenner tapi karena warna hitam putih di wajahnya yang mirip topeng Batman.
“sampai kapan kamu mau diam di atas sana dan mengabaikanku?” Gempal berusaha merayu Bruce untuk turun dari pagar tinggi tempat ia biasa berbaring pada siang yang malas.
“ naik saja ke sini kalau kau sanggup Gempal, dengan tubuhmu itu aku yakin memanjat setengah pagar ini saja kamu sudah ngos-ngosan”
Gempal hanya bisa pasrah dengan fakta bahwa Bruce tak pernah sekalipun memandangnya sebagai pejantan tangguh yang siap mengawininya. Gempal yang terlahir dengan wajah murung menjadi kelihatan semakin sedih karena ini. Fakta bahwa ia adalah kucing rumahan yang entah kenapa tidak seperti kucing-kucing rumahan lain yang terkurung di dalam rumah, ia malah bergaul dengan kucing-kucing kompleks yang gemar berkumpul pada saat penjual ikan dan ibu-ibu kompleks bertukar gosip murahan tentang siapa yang menyelingkuhi siapa atau siapapun yang tidak berada di sana.
“aku akan datang lagi besok dengan niat yang sama, aku siap kawin denganmu dan hanya denganmu” katanya sembari berjalan lambat menuju rumah majikannya menahan birahi.
Bruce memang suka mempermainkan hati kucing-kucing jantan di sekitar kompleks ia tinggal. Loreng yang hobi kawin sana-sini saja tidak pernah lupa untuk sekali-kali kembali dan menghabiskan malam dalam pelukannya. Lalu setelah ia pergi, Bruce akan menemukan hati kucing lain untuk dipatahkan.
Loreng datang dengan menambah goresan luka baru di pelipis wajahnya, luka itu masih memerah, sepertinya memang baru saja ia dapatkan.
“kucing gemuk itu datang lagi yah ?”
“dia memang gigih walaupun sudah sering kuabaikan” balas Bruce.
“begitulah semestinya memang seekor pejantan, kadang-kadang aku kasihan juga padanya, ingin juga kukenalkan dengan kucing betina lain yang pernah kutemui, tapi sepertinya dia hanya suka padamu” kata loreng menjilati tanganya lalu mengoleskannya pada pelipis kananya.
“bukankah justru sangat jahat memperkenalkan dia dengan kucing-kucing lain yang sudah kau kawini” timpal Bruce
“hei, aku punya banyak teman yang lain juga” Loreng masih menjilati tangannya.
Topik semacam ini tentu saja bukan sebuah topik yang baik untuk memulai ritual perkawinan yang telah Loreng niatkan sebagai maksud dari kedatangannya. Berjalan dengan malas di antara besi-besi runcing pagar rumah majikannya Bruce, Loreng memutuskan untuk pergi berlalu.
Kucing-kucing liar macam Bruce memang sepertinya tidak pernah tidak bunting. Bunting lagi kucing ini kata majikannya tiap kali mereka berpapasan. Sebenarnya sebagai informasi tambahan untuk pembaca, hubungan kucing-majikan yang terjadi antara Bruce dan Manusianya terjalin hanya karena si manusia memberikan sisa makanan mereka hari itu pada kucing-kucing manapun yang menunggu di depan rumah mereka. Si Bruce lah yang paling lama berada di sana. Ia sudah ada di sana dari zaman mereka mengalam krisis ekonomi sampai sudah ganti presiden berkali-kali. Rumah ini bagi Bruce adalah restaurant yang selalu punya kursi untuknya.
Anak-anak Bruce lahir, bermain-main, dan pergi ketika cukup dewasa untuk mencari makan sendiri. Bruce tetap tinggal di sana. Ia adalah ibu yang telah terbiasa dengan kehilangan. Anak-anak kucing yang terlalu lemah menghadapi dunia pada akhirnya akan mati dan mereka yang cukup kuat akan pergi.
“Aku datang lagi, maukah kau turun kali ini?” Wajah Gempal yang tampak memelas walaupun sebenarnya ia tidak memelas sama sekali ia hadapkan ke pujaan hatinya itu.
Yang tak disangkanya, Bruce yang selalu mengabaikannya berjalan berputar dan meloncat turun dr sisi pagar yang bisa ia tempati bertengger sebelum mendaratkan kakinya di tanah.
“kau memang kucing yang ulet dan sungguh sangat sabar dan itu membuatku kagum” kata Bruce berjalan pelan mengitari Gempal.
Gempal memandang kucing yang selalu ia lihat dengan langit sebagai latar belakangnya kini setara dengannya dan kalau ia cukup beruntung mau diajak kawin olehnya. dan Kawinlah mereka malam itu.
Dari berbulan-bulan sebelumnya, Loreng sudah tidak pernah lagi datang dan kesepian juga Bruce di karenakan itu. Kesepian memang bisa begitu senyap dan mematikan, timbul dan tenggelam namun tidak pernah hilang. Kesepian yang sama pula yang menyebabkan Gempal tidak kesepian lagi.
“kalau ia sudah mau diajak kawin sekali, pasti mau diajak lagi” Gempal membatin. Namun kucing betina satu ini tidak sepemikiran dengannya. Baginya kucing jantan datang dan pergi dan ia sudah melalui banyak kehilangan untuk mengerti betul hal ini.
Gempal yang kemudian datang lagi hari-hari berikutnya harus menelan pil pahit karena kucing betina yang ia cintai hanya bermain-main dengan perasaannya.
“aku akan datang lagi besok dan seterusnya sampai engkau mau kawin denganku” ia berkata. Bruce melanjutkan tidur siangnya.
Berbulan-bulan kemudian tiga anak kucing yang dikemudian hari akan bernama sama dengan karakter fiksi di serial TV populer itu lahir. Bulu mereka yang halus, wajah mereka yang tampak sedih dan mata mereka yang serupa langit, tidak diragukan lagi siapa bapaknya.
Bruce memandang tiga anak kucing barunya dengan perasaan takjub. Tidak pernah rasanya ia jatuh cinta sebelumnya dan tidak pernah rasanya ia melihat sesuatu begitu indah. Kali ini ia bertekad akan merawat baik-baik ketiga anak kucing ini.
Bruce berbaring dan membiarkan ketiga anak kucing barunya menetek padanya.
“Tumbuhlah menjadi kucing yang kuat karena dunia ini kejam bahkan pada mereka yang cantik, kalian harus bertahan hidup bagaimanapun caranya”
Pelita menelponku pagi ini mengabarkan bahwa Rhaegal yang terlepas dari pejagaanya terlindas mobil truk yang lewat di depan rumahnya. Viserion yang juga mati karena sakit seminggu yang lalu membuat Pelita semakin terpukul. Kami berbicara panjang lebar soal kucing-kucing piaraanya yang mati. Drogo kucing-satu-satunya yang masih hidup menjadi salah satu sumber hiburannya dan pengalih perhatian dari kesedihannya akibat saudara-saudaranya yang telah duluan pergi.
Aku berpikir bagaimana perasaan si Bruce kalau tahu soal ini. Ia masih biasa terdengar mengeong-ngeong seperti sedang mencari anak-anaknya yang hilang.
Catatan:
(1) Kalasi dalam bahasa Bugis berarti orang yang suka berbuat curang.
(2) Cappa Galung adalah sebuah nama daerah di kota Parepare