2022

Faizal Bochari
2 min readDec 31, 2022

--

Time flies when you are having fun dan Jam Terbang tinggi adalah dua istilah yang berkaitan dengan waktu. Istilah pertama mengacu pada jumlah waktu yang terasa sedikit dan istilah yang disebut belakangan sebaliknya mengacu pada waktu yang terasa banyak. Uniknya kedua istilah ini sama-sama mempersonifikasikan waktu seolah ia dapat terbang namun maknaya malah berkebalikan.

Bagi saya, setengah 2022 terasa berjalan begitu lambat dan sebaliknya setengahnya berjalan begitu cepat. Tentu saja waktu selalu berjalan tepat, tidak kurang tidak lambat, ia tepat waktu. Namun, persepsi manusia terhadap waktu dapat berubah bergantung pada hal-hal apa yang terjadi dalam hidupnya.

Setengah 2022 saya habiskan lebih banyak di kamar, bermain gim, bertemu dengan teman-teman di sela-sela kesibukan mereka, mencari pekerjaan dan beberapa hal lain lagi. Pandemi mengubah cara hidup dan pandang banyak sekali orang tak terkecuali saya. Waktu menjadi sesuatu yang begitu penting. Ketika memiliki banyak waktu untuk diri sendiri untuk melakukan apapun yang saya mau ternyata waktu terasa menjadi sia-sia dan lama.

Di beberapa artikel yang saya baca, memaksakan diri untuk produktif di waktu-waktu penuh keputusasaan seperti sekarang ini juga bukan jalan terbaik untuk membuat diri lebih baik. Tapi bermalas-malasan dan tidak melakukan apapun juga menambah rasa cemas dan rasa tertinggal. Bahkan pada saat semua orang melambat, perasaan tertinggal tidak pernah menyenangkan. Saya berusaha menenangkan diri dengan berusaha percaya bahwa “hidup bukan perlombaan” atau “kalaupun hidup itu perlombaan, maka setiap orang memiliki garis finish yang berbeda-beda” jadi take your time. Tentu saja hal itu sia-sia belaka.

Di tengah tahun ini, saya kembali bekerja menjadi guru. Dari sana waktu mulai bergerak lebih cepat (walaupun saya masih sering merasa tertinggal). Kalau dipikir-pikir untuk seseorang berusia 30 tahun, jam terbang mengajar saya sungguh terbilang sedikit. Mengajar pertama kali dalam program KKN selama beberapa bulan, dilanjutkan mengajar les paruh waktu beberapa bulan, dan bekerja sebagai guru les penuh waktu selama dua tahun, lalu kembali menjadi pengajar les paruh waktu selama pandemi barangkali hanya menjadikan pengalaman mengajar saya barangkali terhitung 3 tahun saja.

Berbekal pengalaman mengajar yang tidak banyak ini, menjadi guru kembali membuat saya gugup tidak karuan. Mengajar siswa di tempat les dan di sekolah formal sudah pasti berbeda, bagaimana kalau murid-murid saya tidak suka pada saya atau lebih buruk lagi tidak suka pelajaran saya, bagaimana mengatasi persoalan administrasi sekolah yang saya sama sekali awam?, ini dan banyak hal-hal lain menjadi sumber-sumber kekhwatiran saya yang sampai pada saat tulisan ini ditulis ternyata banyak yang tidak perlu saya khawatirkan. Akhirnya sebelum 2022 berakhir, saya berhasil menambahkan beberapa bulan jam terbang pada pengalaman mengajar saya.

Setelah bekerja kembali, menghabis-habiskan waktu jauh lebih menyenangkan. Bekerja dari senin ke jum’at menjadikan tidak produktif pada sabtu dan minggu terasa benar. Saya baru bisa benar-benar memaknai take your time lebih baik sekarang dibanding awal tahun ini. Hidup bukan perlombaan dan kalaupun hidup adalah perlombaan saya tidak mau ikut.

Tahun ini berakhir setidaknya lebih baik dari apa yang saya perkirakan sebelumnya. Lower your expectation kata Bo Burnham dan kata banyak orang lainnya. Tidak semua orang ingin berlari menuju tahun berikutnya beberapa orang hanya ingin bertahan hidup dan itu tidak apa-apa.

Selamat Tahun Baru.

--

--

No responses yet